Satu per satu teman yang kami tunggu berdatangan di Cileunyi. Mula-mula Epul datang karena lokasi dia memang deket dengan Cileunyi, Cicalengka. Pas Epul datang, ritual traveler dimulai, kami ambil-ambil gambar bersama. Terlalu dini memang, tapi apa boleh buat hasrat kami yang udah menggebu-gebu.
Beberapa saat kemudian Geri ngasih kabar bahwa dia udah nyampe di Cileunyi, deket bus yang saya perintahkan dia tunggu di sana. Padahal kita berlima belum mau kesana karna pasti akan dirariweuh sama calo-calo dan kondektur. Kami langsung menyusulnya karna tak tega membiarkan bocah ini sendiri di tempat seperti itu dengan keadaan jiwa Geri yang masih traumatis terhadap suasana ramai seperti di pasar dan terminal.
Betul saja, begitu sampai di tempat para penumpang menunggu bus kami langusng diserbu sekawanan calo-calo. Gila! Naluri pemburu mereka begitu tajam! Bagaikan selebritis, kami dikerumuni paparazi yang ingin mengekspose setiap gerak gerik langkah kami. Karna kami masih menunggu satu rombongan lagi, kami tak menggubris setiap tawaran mereka yang menggoda. Bae malah bilang, "ga bang! Lagi nunggu jemputan." Set dah Bae, jemputan apaan, ambulan? *nauzubillah*
Setelah menunggu rombongan Iput yang lamaaa... Iyalah lama banget. Kita isi waktu dari mulai perkenalan Geri ke temen-temen, ke toilet, jajan, ke toilet lagi, jajan lagi, nyari gas buat kemping, sampe udah tawar menawar dulu sama kondektur bus Karunia Bakti. Kemudian akhirnya mereka menampakkan diri.
Setelah secara singkat kami berkenalan, kami langsung naik bus Karunia Bakti jurusan Tasik-Jakarta yang dari tadi dengan setia menunggu. Setelah semua bawaan dimasukin ke bagasi, giliran orangnya yang masuk. Kondisi bus waktu itu lumayan rame, tapi kita masih bisa dapet duduk berpasangan. Kecuali Epul yang terpaksa nyempil sendiri agak belakang. Saya satu baris sama Geri di jok yang bertiga (satu lagi diisi orang). Di samping baris kita ada Iput dan Bimbim. Diana, Anggi, dan Bae duduk bertiga di depan. Sisanya Edadan Ambar duduk berdua.
Layaknya bis ekonomi yang lain, hiburan rakyat pun dimulai saat bis mulai memasuki tol. Dan kami masih menyesuaikan diri, belum bisa macem-macem. Di gerbang tol selanjutnya banyak orang yang turun, sehingga bis udah mulai kosong. Epul gabung dengan Eda dan Ambar, dan orang yang disamping Geri hengkang. Penumpang yang lain juga tampak duduk santai karena ga semua jok terisi. Setelah kondektur menagih ongkos dan keadaan mulai stabil, mulailah kisah penumpang bus umum yang tak tahu diri.
![]() |
Trip Kepulauan Seribu full team |
Cerita horor di Tol Cipularang
Iput, Geri, dan saya memulai pembicaraan dengan topik yang berganti-ganti. Mulai dari kabar keberangkatan temen-temen kaskuser yang lain, pengalaman-pengalaman traveling masing-masing, Geri yang sering autis melakukan perjalanan seorang diri dan Iput anak PA dengan segudang pengalamannya dalam pendakian di beberapa gunung, sampai tibalah cerita-cerita misteri yang mulai menggelitik lidah Iput untuk menceritakannya.
Cerita misteri Iput sebenernya dipicu oleh lokasi bus pada saat itu, yakni di kilometer 68-72 yang konon seringkali terjadi kejadian-kejadian yang ganjil. Tapi setelah kita minta cerita selengkapnya, Iput malah bilang, "tar aja jangan di sini banget ceritanya. Agak kesonon dikit. -_-"
Sambil menunggu kita melewati kilometer itu, bukannya Iput cerita yang lain dulu, Iput malah cerita misteri juga! Gubrak!! Dia cerita tentang pengalamannya mendaki Jaya Giri yang hampir disesatkan oleh makhluk halus sana. Tapi berkat kejantanan si Iput, si makhluk halus itu gagal memperdayanya.
Setelah kilometer 68-72 lewat, barulah Iput berani buka mulut. Ati-ati kalo mau jalan malem di Cipularang, terutama setelah waduk Jatiluhur ke arah Bandung. Pernah ada mobil misterius ngedim-ngedim. Waktu itu yang kejadian mau bailk ke Jakarta lewat Cipularang malem hari. Saat itu mobil di jalur kanan, tiba-tiba dari belakang ada mobil ngedim-ngedim. Abis itu si mobil minggir ke kiri ngasih jalan. Eh, itu mobil yang di belakang ikutan ke kiri juga sambil tetep ngedim-ngedim.
Karena kesel si sopir tancap gas. Eh, dia ikut-ikutan kenceng juga. Tetep dia masih ngedim-ngedim juga. Karena kesel didim mulu, si sopir ngintip dari spion tengah, itu mobil apa sih. Tapi setelah ngintip spion tengah dan sang sopir langsung liat jalan di depan, tiba-tiba udah ada buntut truk tinggal beberapa meter lagi. Si sopir sontak kaget dan langsung injek rem. Untung mobil gak ngguling. Abis ngerem si sopir intip lagi spion tengah, tapi mobil tadi udah nggak ada. Si sopir salip truk ternyata kendaran yang ada cuman mobil dia sama truk tadi aja. Depan gelap nggak ada mobil sama sekali. Serem abis, si sopir langsung merinding disko.
Cerita itu belum terlalu membuat saya dan Geri berkutik. Kemudian dengan wajah penuh misteri , Iput melanjutkan cerita. Masih tentang misteri tol Cipularang kilometer 68-72.
Pada suatu hari ada sekeluarga pergi ke Bandung. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan satu orang anak yg masih berumur 8 tahunan. Mereka berangkat dari Jakarta sekitar jam 9 an, malam Sabtu. Diperjalanan tiba-tiba anaknya kebelet kencing sampe aduh-aduhan.
Bapaknya bilang, "udah nanti aja pas di pintu tol, di sini gelaap!"
Tapi karena anaknya ngga kuat, berhentilah mereka. Lalu turunlah anak itu, sambil ibunya bilang, "jangan jauh-jauh ya nak.." "Iya..," kata si anak.
Tapi kedua orang tuanya merasa kok anak ini semakin jauh dan menjauh jalannya. "Hei.., jangan jauh-jauh.., di depan mobil aja!" kata si ibu. "Iya mah..," anaknya bilang lagi.
Lalu tak lama kemudian anak itu balik ke mobilnya dan duduk d belakang, sambil ayahnya bilang, "kamu nih gimana sih, kencing kok jauh-jauh amat!"
"Malu pah, diliat orang," jawab anaknya.
Setelah mereka sampai di Bandung, orang tuanya melakukan aktifitas biasa selama dua hari hingga hari minggu. Belanja, makan, mandi, tidur, dll. Pokoknya liburan lah. Tapi disela-sela liburan mereka, orangtuanya kayak melihat ada kejanggalan sama anaknya. Yang biasa anaknya ingin berenang di hotel, ini enggak. Dan anaknya terlihat murung, pucat, dan berubah jadi diem, tidak seperti biasanya.
"Kamu sakit..??" tanya si ibu. Tapi, anaknya dieeemm aja...
Akhirnya ayahnya memutuskan untuk pulang ke Jakarta hari Minggu. Rencana sebelumnya hari Senen. Hari Minggu dalam perjalanan pulang sekitar jam 10 an, kembali si anak kebelet kencing sampe aduh-aduhan.
"Aduh pah..kencing..., papah kenciiing..," kata si anak.
Akhirnya mereka berhentilah kembali. Anehnya mereka berhenti di KM yg sama seperti anaknya kencing sebelumnya. Hanya saja di jalur yg berbeda. Tetapi kali ini si anak tak kunjung kembali ke mobil. Bingunglah orang tuanya.
Karena terlalu lama nunggu dan nyari, mereka melapor ke petugas melalui nomer telepon pengaduan tol. Dalam percakapannya di telpon, petugas mengatakan ciri-ciri si anak yang ternyata persis seperti anak yang hilang tersebut. Orangtuanya kaget. Bagaimana bisa petugas tersebut tahu ciri-ciri anaknya. Petugas tersebut meminta kedua orangtua datang ke pos.
Akhirnya kedua orangtua tersebut langsung menuju pos sambil terheran-heran kenapa anaknya bisa ada disana?
Sesampainya di pos, ibunya langsung memeluk erat anaknya, dan memarahinya, "amu kemana sih! kok tiba-tiba disini?" hardik ibunya.
"Loh..! mamah yang kemana aja, aku ditinggalin. Aku teriak-teriak mamah gak denger..!" kata anaknya sambil nangis.
Dan tebak apa yang terjadi? Petugas polisi berkata, "bu jangan dimarahin. Anak ibu sudah di kantor kami selama dua hari sejak hari Jumat malam. Jrengg!!
Seketika ibu dan ayahnya duduk lemas dan saling memandang.
Ternyata pada waktu anaknya kencing dalam perjalanan ke Bandung, dia hanya kencing di samping kiri mobil, di balik pintu belakang. Tetapi ibu dan ayahnya melihat dia berjalan di depan mobil dan menjauh. Setelah sosok yang terlihat seperti anaknya kembali masuk ke dalam mobil, anak yang masih kencing ditinggal begitu saja. Sampai anaknya teriak-teriak, tetep mereka nggga denger.
Pertanyaannya, lalu siapa anak yang ikut ke Bandung dan berlibur bersama???
Setelah Iput selesai cerita, kita masih menahan ketawa karna saya dan geri teriak pas tau ternyata yang ikut ke Bandung bukan si anak tadi. Dan teriakan kita lumayan keras. Padahal kita udah nebak ceritanya bakalan kayak gitu. Tapi tetep aja endingnya bikin merinding-merinding disko!
(Iput dapet cerita ini dari Kaskus. Saya ceritain di sini sambil ngliat versi aslinya di Kaskus. Soalnya lupa-lupa inget :D)
Dan ternyata sepanjang Iput cerita horror tadi, penumpang yang lain juga ikut dengerin, karna suara iput lumayan keras dengan posisi duduk yang ngga lurus ke depan, tapi miring menghadap kita di sampingnya. Ditambah suasana bus yang memang sepi. Dan pas kita berdua teriak, ternyata yang lain pun ikut kaget sampe ada yang loncat dari kursi penumpang.
Ternyata selama itu penumpang yang lain ikut tercekem. Malah mereka lebih parah, tercekam sendirian di tempat duduk masing-masing dalam bus malam yang remang-remang dengan kanan kiri bukit-bukit gelap.
Ngga terasa kita udah nyampe Jakarta. Perjalanan Bandung-Jakarta yang begitu singkat. Setelah sampai di Kp. Rambutan dan semuanya turun, Diana berkomentar, “Dasar, kalian tadi ngobrol keras banget! Teriak-teriak lagi. Kayak mobil bus sendiri aja. Saya sampe bangun tau pas kalian teriak.” Hahaha
Kita baru sadar, ternyata selama di bus kita udah mengganggu kenyamanan para penumpang dengan aksi kita… Hahaha
No comments:
Post a Comment